Kamis, 26 April 2012

Beragam tidak selamanya berbeda

Indonesia itu beragam suku bangsanya, beragam agamanya dan beragam latar belakangnya. Dari kalimat diatas itu anggap lah dapat disimpulkan Indonesia itu luas,,,,, yah bukan itu. Dapat disimpulkan Indonesia itu beragam. Well... Pokonya hari ini gue nemu pelajaran berharga, apa itu, mari kita simak bersama....



( oh iya, bagi kalian yang sering baca blog gw. Mulai sekarang gw bakal berhenti menggunakan kata "gw", kenapa ?? soalnya takut ada yang salah tanggap malah dibaca gawe (kerja). Jadi gw coba make kata gue untuk sekarang dan seterusnya )


Hari ini gue seperti biasa kuliah dan seperti biasa pula gak ada yang spesial dari dunia perkuliahan gue. Tapi bukan berarti hari ini tidak terjadi sesuatu yang spesial, karena salah satu motto gue (yah gue punya banyak motto ) :

"jadikan setiap hari itu adalah hari spesial"


yup spesial, baik itu pake telor ato tidak (emangnya martabak spesial). Gimana pun caranya gue bakal menjadikan hari-hari gue spesial, baik dengan cara yang natural ato cara maksa. Cara natural adalah cara yang emang udah dari sananya, it means hari itu emang hari spesial. Yang kedua cara maksa, cara maksa adalah gue melakukan apapun demi membuat hari biasa itu menjadi spesial, contoh ekstrimnya gue lari gak pake baju keliling kampus atau gue bakal jalan kayang di lorong kampus, dsb ( untungnya gue belum pernah lakuin hal-hal itu, dan jangan sampai. ).

balik lagi,

Bukan berarti hari ini tak terjadi apa-apa. Karena setelah dunia perkuliahan, gue ada acara himpunan, Himpunan gue yang bernama HIMATEK ( gue ngetik HIMATEK nya dengan posisi tangan kiri ngetik dan tangan kanan dikepal dan ditaruh dipundak saking loyalnya ).

Himpunan gue bakal menghadiri acara pembukaan porseni (liga olahraga kampus gitu) di depan pendopo agung ( gedung pertama yang lo bakal temuin kalo masuk dari gerbang depan POLBAN ). Well buat mempersingkat postingan langsung aja gue ceritain kejadian-kejadian di TKP.

Semua himpunan dan ikatan polban berkumpul di pendopo agung, hal pertama yang gue sadari adalah Polban itu ternyata tak beda jauh dengan TK alias taman kanak-kanak. Karena bajunya warna-warni kaya pelangi sambil meneriakan yel-yel. Gue juga jadi tersadarkan kenapa waktu tes awal masuk polban gue diharuskan tes buta warna, karena jika gue buta warna gue bakal salah masuk ke himpunan.

Lalu hal kedua yang gue sadari waktu itu, beberapa mahasiswa terlihat muram saat itu. Ada yang cemberut dan pasang wajah sangar. Mungkin mereka lagi nahan pup atau mungkin mereka semua lagi galau. Gue gak tau. Tadinya gue mau menghibur mereka dengan nari ala iwa peyek tapi niat itu gue pendem, takutnya bukannya menghibur tapi malah memberikan shock terapi kepada mereka.

Acara berlangsung hikmat, sambutan dari ketuplak, pembantu direktur, ketua Bema. Sampai suatu acara membuat gue sedikit gelisah, yaitu acara menyanyikan lagu Indonesia raya dan hymne Polban. Gue langsung berkata dalam hati " Mampus gue.... ".

Bukannya gue gak hapal liriknya tapi karena suara gue yang kaya om-om keselek durian. Yang gue inget, terakhir gue nyanyi tsunami melanda aceh. Gue mikir kalo gue gak ikut nyanyi ntar gue disangka gak loyal dan gak bangga jadi bangsa Indonesia, akhirnya gue nyanyi dengan suara yang kecil dan rada-rada disamarkan. Setelah dua lagu selesai dinyanyikan gue langsung membaca surat yasin dan menanyakan keadaan sekitar gue apakah mereka baik-baik saja.

Okey..

Lalu ada acara yang gue gak tau acara ngapain itu. Jadi ketuplak itu bawa obor dan obor itu dioper-operkan ke ketua masing-masing himpunan. Dan akhirnya obor itu akan disampaikan ke ketua Bema dan ketua Bema bakal membakar pendopo kayu diatas tugu yang sudah disiapkan. Gue bingung, sumpah.

" apa esensinya ?? "

Gue nanya ke temen gue dia jawab esensinya itu hangat dan memboros-boroskan bensin. Okey gue nanya ke temen yang salah. Gue nanya lagi ke temen yang lain, dia jawab untuk membakar semangat. Gue gak setuju soalnya kalo ngebakar semangat, ntar semangat kita akan hangus dan menghilang tertiup angin. Gue lebih setuju menyalakan semangat. Akhirnya gue menarik kesimpulan esensinya adalah menyalakan semangat.

Lalu ada acara penyampaian yel-yel dari tiap himpunan. Ada dari salah satu himpunan, mereka meneriakan yel-yel sambil memukul-mukul pundak mereka. Dug dug dug, terdengar seperti itu, keren.. kata gue. Gue jadi ngebayangin kalo himpunan gue Teknik Kimia memakai cara mereka. Pas kami melakukan yel-yel sambil mukul pundak, bukannya jadi terlihat keren tapi malah asam sulfat yang keluar dari mulut. Oekk.. mental anak tekkim.

Selama acara opening porseni, langit tidak terlalu cerah bahkan matahari tidak terlihat saat itu alias mendung. Gue itung, gue udah ngeliat lima burung terbang saat itu. Kenapa gue ngitung burung saat itu, gue juga gak tau kenapa. Kata temen gue kindi, kalo bom dijatuhin kayaknya enak yah ( brutal banget nih orang, tapi gue setuju ). Menurut gue ngebunuh ratusan orang saat ini itu mudah kawan. Tinggal adain acara musik dari penyanyi / band terkenal, lalu dari atas penonton itu jatohin aja bom. Duarr selesai. ( okey bercanda, jangan ditiru yah ).

2 jam berlalu akhirnya acara openingnya selesai. Akhir acara gue langsung ngejauh dari temen-temen gue karena gue nyadar diri gue bau. Badan gue tercium bau keringat, soalnya selama acara opening gue make jahim / jaket himpunan. Jahim gue itu adalah jaket terhangat yang pernah gue pake. Bayangin aja, gue pernah pergi ke bengkel di siang hari pake jahim. Di tempat bengkel keringat gue bercucuran keluar, keringatnya banyak banget bahkan kalo orang normal liat gue, gue kayak orang yang abis mandi gak dianduk terus pergi ke bengkel, basah. Untung aja gak ada yang nanya ke gue

" mas mau ngelahirin yah, keringatnya keluar banyak tuh. "





Gue pulang kerumah, hari ini gue mendapatkan pelajaran, ternyata :

Beragam itu tidak selamanya berbeda

karena bisa dilihat dari orang-orang di kampus gue. Mereka beragam ada yang memakai jahim merah marun, biru, hijau, kuning, dll. Tapi mereka semua itu tidak berbeda, justru saat itu mereka itu sama. Sama-sama memiliki tujuan yang sama (menang porseni), sama-sama pemikirannya. Terlihat dari yel-yel yang diteriakkan dengan kompak padahal satu himpunan ada puluhan kepala dan pemikiran yang berbeda. Lalu sama-sama KEPO / Kema Polban (hehe..). Sama-sama capek, cangkel, lapar, haus, dll.

Kampus gue memiliki jahim yang berwarna-warni, tapi dari sekian banyak warna ada satu warna dasar yaitu biru tua, biru tua adalah warna Jas Almamater Kampus. Jadi walaupun kami berteriak-teriak membanggakan himpunan, gue yakin kita itu sama-sama dalam satu almamater, satu dalam kekeluargaan yang dinamakan Keluarga Mahasiswa Polban / KEMA POLBAN.

Intinya beragam itu tidak selamanya berbeda, justru persamaan dan kesamaan itu ada karena adanya suatu keragaman.

Hidup Mahasiswa !!!!!!!!!
Hidup KEMA POLBAN !!!!!!!!
Hidup Bangsa Indonesia !!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar